a a a a a a
logo

News

Catatan HUT Ke-46 Infobank: Semoga Tidak Terjebak “Omon-omonomic”
13
Jan

Catatan HUT Ke-46 Infobank: Semoga Tidak Terjebak “Omon-omonomic”

Oleh: Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group

PEMERINTAHAN Prabowo Subianto, belum genap 100 hari. Namun beberapa program sudah mulai terlihat, salah satunya program makan bergizi gratis (MBG) sudah berjalan. Namun ada pekerjaan rumah selama hampir 46 tahun perjalanan ekonomi Indonesia, yaitu soal ketimpangan, kebocoran anggaran, korupsi dan pendalaman sektor keuangan yang tak tetap menjadi soal penting yang belum terjawab.

Era Soehartonomic, Habibienomic, Abdurahmanomic, Meganomic, Yudhoyonomic, Jokowinomic tetap meninggalkan tiga soal penting itu, ketimpangan, kebocoran anggaran dan korupsi dan masih dangkalnya sektor keuangan – sehingga mudah goyah jika terjadi sedikit guncangan krisis dari pasar global. Bahkan, belakangan setelah Jokowinomic beban itu bertambah dengan beban utang yang membengkak.

Pidato Presiden Prabowo saat pelantikan sungguh luar biasa. Ada optimisme yang besar dalam membangun Indonesia. Tidak mudah untuk mencapai pertumbuhan 8 persen dengan warisan fiskal yang tenggelam dalam “lumpur” utang. Fiskal yang terbatas membuat banyak “akrobat “untuk menjalankan roda pemerintahan.

Saat mendengar pidato Prabowo itu, ekspektasi masyarakat sangat tinggi. Prabowonomic yang oleh Infobank terjemahkan sebagai jalan tengah liberalisasi dan sosialis. Atau, pendek kata, mendorong swasta besar untuk tumbuh namun tidak meninggalkan usaha kecil. Kemandirian energi dan pangan merupakan cara yang akan dicapai.

Namun ada sedikit keraguan ketika muncul nama-nama bak “KW3” dalam Kabinet Merah Putih, selain Kabinet “Obesitas” – terlalu gemuk dengan kementerian baru, maka efektivitas birokrasi makin panjang dan tumpang tindih. Misalnya, sampai menjelang 100 hari, masih ada kementerian yang harus rebutan anggaran dan nomenklatur.

Pekerjaan berat Prabowo adalah memastikan visinya dapat dijalankan oleh para pembantunya. Bukan sekadar keinginan Bapak Presiden yang sering diucapkan para menterinya, tapi aksi nyata tentang kebijakan yang akan diambil atau diambil. Misalnya, menyangkut pembangunan 3 juta rumah per tahun, atau 15 juta rumah selama 5 tahun, bagaimana memulai dan kebijakan apa yang akan diambil.

Warisan Utang, Berat!

Sementara beban keuangan negara juga berat. Kondisi keuangan negara sekarang, bayar bunga utang dengan utang baru. Sudah seperti skema ponzi. Tahun 2025 ini, Pemerintah kembali menarik utang luar negeri sebesar Rp128,1 triliun, atau 96,1 persen dari Rp133,3 triliun. Itu dilakukan dalam rangka pembiayaan utang pada APBN 2025. Meski rasio pinjaman dengan Produk Domestik Bruto (PDB) moderat pada angka 38,68 persen. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan tentang likuiditas keuangan negara, atau soal cash flow. Menurut catatan Biro Riset Infobank, jumlah utang RI Rp8.338 triliun.

Sementara utang jatuh tempo tahun 2025 mencapai Rp800,33 triliun, naik nyaris 2 kali yang sebesar Rp434,29 triliun. Sedangkan tahun ini beban APBN untuk membayar bunga utang Rp434,29 triliun. Jika defisit diperlebar 2,45-2,82 persen, beban bunga utang bisa tembus Rp600 triliun.

Jika melihat besarnya penerbitan Surat Utang Negara (SUN) – yang dikaitkan dengan jumlah utang jatuh tempo, dan bunga pinjaman dapat dipastikan bahwa untuk membayar dengan cara menerbitkan utang baru. Gali lubang tutup lubang. Hal ini tak menjadi masalah jika ada stabilitas, misalnya pembeli SUN. Tapi, hal itu juga perlu diperhatikan mengenai besarnya yield yang tentu lebih berat.

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen, meski untuk barang mewah, boleh jadi Pemerintah tampak egois dan hendak mengamankan keuangan negara dari tekanan utang dan program-program pemerintah. Sejumlah kementerian juga sedang meminta anggaran. Birokrasi yang gemuk tidak menjamin tanpa kebocoran. Nomenklatur yang masih tarik ulur membuat pekerjaan pemerintah tidak efektif.

Jika menggunakan pendekatan dari Soemitro Djojohadikusumo, Begawan ekonomi Indonesia tentang Icremental Capital Output Ratio (ICOR) ini di akhir tahun 1980-an. Tidak efisiennya ekonomi bisa dilihat dari ICOR yang menurut data yang diolah Biro Riset Infobank mencapai 6,9 di tahun 2023. Pada tahun 2000-2024 mencapai 5,7. Dari tahun ke tahun ICOR terus naik. Artinya, semakin tinggi ICOR semakin buruk, dan tidak efisien atawa diterjemahkan terjadi kebocoran.

Jika dibandingkan dengan Singapura yang ICOR-nya 3-4, dan Malaysia pada kisaran 4-5, maka ICOR di Indonesia lebih tinggi. Nah, jika membandingkan Singapura, atau ideal ICOR pada angka 3-4, maka di Indonesia telah terjadi kebocoran mencapai 70-72 persen. Ini mengerikan sekali. Tidak efisien dan bocor ke mana-mana.

Nah, tingkat ICOR sebesar itu jika dikaitkan dengan APBN yang mencapai Rp3.121 triliun, maka telah terjadi ketidakefisienan atau bisa dibilang kebocoran 70 persen, maka duit-duit APBN yang mubazir sebesar Rp2.250 triliun. Jika ICOR bisa ditekan, maka efisiensi ekonomi akan terjadi. Kenyataan inilah yang akan dihadapi Pemerintahan Prabowo-Gibran. Kebocoran besar itulah yang harus dicegah oleh Pemerintah.

Jangan Kehilangan Momentum

Korupsi di mana-mana. Publik berharap, ketika Kejaksaan Agung menemukan uang tunai sebesar Rp920 miliar, plus 51 kg emas dari rumah Zarol Ricar, pejabat Mahkamah Agung. Menurut pengakuan, uang yang ditemukan itu bersumber dari “mengurus perkara” yang rata-rata 5 persen per kasusnya. Itu artinya, bisa jadi yang diurus melibatkan uang setidaknya Rp20 triliun. Itu dari satu pejabat. Menurut istilah Mahfud Md, itu bagian dari mafia peradilan.

Harusnya, Presiden Prabowo menjadikan penemuan uang yang hampir satu triliun itu dijadikan momentum dalam pemberantasan “jual beli” perkara. Tidak dibiarkan memuai diurus di pengadilan. Juga, putusan hakim yang obral diskon untuk keputusan korupsi. Infobank berharap pemberantasan korupsi bukanlah sekadar “omon-omon”.

Jadi tak heran, kebocoran anggaran dan korupsi dapat menyebabkan kesenjangan yang terus lebar. Menurut temuan Center of Economic and Law Studies (CELIOS), lembaga riset independen, 50 orang terkaya (Forbes) di Indonesia kekayaannya setara dengan 50 juta penduduk Indonesia. Miris. Juga, bisa dilihat pada kepemilikan tabungan.

Tidak hanya itu, di Indonesia sedang terjadi ketimpangan pada akses pendidikan, kesehatan, pendapatan dan kesempatan. Terakhir adalah akses politik. Dinasti politik dan orang kaya yang punya kesempatan besar duduk dalam posisi pejabat, termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Sementara penciptaan lapangan kerja juga mulai sempit. Bahkan, di beberapa industri, seperti industri tekstil sudah merumahkan karyawan. Banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga menurunkan daya beli kelas menengah. Sayangnya, Prabowo masih mempertahankan menteri-menteri yang tidak mampu menciptakan lapangan kerja. Kompromi politik telah menghancurkan peluang ekonomi.

Jangan Hanya Omon-Omon

Dalam perjalanan Infobank selama 46 tahun, ada persoalan serius yang jarang dibahas dalam diskusi publik. Apa itu? Dangkalnya keuangan Indonesia atawa financial deepening. Rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan, jika dibandingkan dengan Soehartonomic yang mencapai 61 persen dengan zaman Jokowinomic yang mencapai 38-39 persen. Tidak berubah banyak. Pendalaman keuangan ini menjadi penting untuk menunjukan daya tahan sektor keuangan dan sekaligus peran sektor perbankan makin besar.

Itu artinya pula pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dibiayai oleh utang, karena APBN juga digerakkan dengan utang. Pertumbuhan kredit berapa pun, apakah 5 persen atau 12 persen, selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tetap berkisar 5 koma persen. Hal ini berbeda pada era sebelum Jokowinomic.

Untuk itu, Presiden Prabowo membutuhkan tambahan mesin, seperti Menteri Urusan Penerimaan Negara dan Danantara (Superholding yang membawahi BUMN) setidaknya harus segera dibentuk. Jangan sampai visi Presiden langsung dapat dieksekusi. Tidak sekadar keinginan dan omon-omon semata. Jangan pula akhirnya menjadi “Omon-omonomic”. Sebab, John Maynard Keynes, pernah menelurkan teori ekspektasi — yang menyebutkan adanya perbedaan antara pembicaraan (harapan) dengan kenyataan.

Saatnya mengeksekusi program. Jangan sampai Indonesia di tahun 2040 akan menjadi negara gagal menuju negara maju karena banyaknya pekerjaaan rumah yang tak terselesaikan, yaitu ketimpangan, kebocoran dan korupsi, beban utang dan dangkalnya sektor keuangan. Jangan terulang kembali, kemiskinan masyarakat mental bansos dijadikan kembali untuk kepentingan politik.

Sudah waktunya, jangan lagi beternak orang miskin. Salah satu contoh beternak orang miskin yang terlihat dengan bagi-bagi buku dan susu kemasan di setiap acara hanya untuk disebut orang baik dan mengundang masyarakat untuk datang. Pemerintah tugasnya membuat kebijakan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan daya belinya meningkat.

Bahwa Prabowonomic itu adalah mendorong swasta besar untuk tumbuh dan tidak meninggalkan keadilan ekonomi bagi masyarakat yang sedang hidup susah. Bahkan, jangan sampai ekspektasi besar publik yang dibangun ketika mendengar pidato pelantikan menjadi “Omon-omonomic”.

Jika tidak ingin terjebak pada “omon-omonomic, maka Prabowo di 100 hari ini harus mengevaluasi kembali tentang “pembantu-pembantunya” yang sulit menerjemahkan kebesaran visi dan misi Prabowo yang besar. Hentikan omon-omon, mulai bekerja dengan kebijakan yang market friendly dan berpihak kepada keadilan ekonomi.

Dirgahayu ke-46 Infobank.
(Sumber: infobanknews.com)
News Catatan HUT Ke-46 Infobank: Semoga Tidak Terjebak “Omon-omonomic”

Latest News

31
Jan
OJK Terbitkan 5 Aturan Baru Terkait Industri Asuransi-Dana Pensiun, Ini Rinciannya
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut di akhir 2024 telah menerbitkan lima Peraturan OJK (POJK) baru sebagai upaya untuk mendorong transformasi industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP).
READMORE
30
Jan
OJK Tekankan Tiga Fokus Utama dalam Pengawasan Industri Asuransi, Apa Saja?
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa pengawasan terhadap industri asuransi harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih komprehensif.
READMORE
29
Jan
Mengenal DeepSeek, Aplikasi AI Pesaing ChatGPT dan Meta AI
Jakarta – DeepSeek, aplikasi chatbot berbasis kecerdasan buatan asal Tiongkok digadang menjadi pesaing baru platform besar seperti ChatGPT dan Meta AI.
READMORE
28
Jan
Indonesia jadi Negara Ekonomi Terbesar ke-8 Dunia, Kalahkan Prancis dan Inggris
Jakarta – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mencatat, Indonesia berada posisi ketujuh ekonomi terbesar di dunia. Peringkat tersebut berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) pada 2024.
READMORE
27
Jan
Sri Mulyani Akui Pemangkasan Anggaran untuk Biayai Makan Bergizi Gratis
Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani akui pemangkasan anggaran APBN dan APBD 2025 sebesar Rp 306,69 triliun dilakukan salah satunya untuk membiayai makan bergizi gratis (MBG).
READMORE
26
Jan
BI Catat Aliran Modal Asing Masuk Rp11,52 Triliun pada Akhir Januari 2025
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk atau capital inflow ke Indonesia pada minggu keempat Januari 2025 mencapai Rp11,52 triliun.
READMORE
25
Jan
Catat Pertumbuhan Signifikan di 2024, Jumlah Pengguna DANA Tembus 200 Juta
Jakarta – DANA Indonesia mencatat pertumbuhan signifikan dengan 200 juta pengguna serta menggandeng 1 juta UMKM sebagai mitra bisnis sepanjang 2024.
READMORE
24
Jan
OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil di 2024, Ini Buktinya
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan stabilitas jasa keuangan nasional tetap terjaga sepanjang 2024, meskipun menghadapi dinamika perekonomian global. Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas memadai, profil risiko yang terkendali, dan sektor jasa keuangan yang konsisten.
READMORE
23
Jan
LPS Catat Tabungan Rp1 Juta-Rp100 Juta Tumbuh 5 Persen
Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat kemampuan masyarakat untuk menabung mengalami peningkatan. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyebutkan tabungan masyarakat dengan saldo Rp1 juta-Rp 100 juta tumbuh 5 persen di Desember 2024 secara tahuan (yoy).
READMORE
22
Jan
Respons Positif Pengadaan 3 Juta Rumah, OJK Sarankan Ini ke Perbankan
Jakarta – Program pengadaan 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia mendapatkan respons positif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa tidak ada hambatan atau kendala berarti dalam program ini.
READMORE
21
Jan
PSAK 117 Mulai Berlaku, Prudential Indonesia Rasakan Dampak Positifnya
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa skema pencatatan baru dalam industri asuransi, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117 tentang Kontrak Asuransi, telah resmi diberlakukan sejak 1 Januari 2025.
READMORE
20
Jan
Obral Pengampunan “Dosa” SLIK-OJK untuk Debitur “Hitam” Jangan Sampai Membuang “Sampah” di Buku Bank
Oleh: Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group

PARA debitur yang selama ini “mati perdata” atawa masuk daftar blacklist, kini hidup lagi. Masa lalu yang pernah menunggak kredit dan masuk daftar SLIK-OJK, bisa mendapatkan kredit perumahan. Padahal, selama ini SLIK-OJK menjadi pintu pertama bagi bank untuk memberikan kredit. Jangan sampai “obral” pengampunan “dosa” ini akan menjadi malapetaka bank di masa datang, karena kelakuan buruk debitur di masa lalu menjadikan bank sebagai “sampah” kredit macet.
READMORE
19
Jan
Begini Pergerakan Saham Indeks Infobank15 dalam Sepekan
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat lalu (17/1) berhasil ditutup pada zona hijau ke level 7.154,65 atau naik 0,39 persen dari dibuka pada level 7.107,52.
READMORE
18
Jan
CELIOS Beri Evaluasi Penurunan Suku Bunga Pinjol 2025
Jakarta – Direktur Ekonomi Digital CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Nailul Huda menanggapi sejumlah poin evaluasi terkait penurunan besaran suku bunga pinjaman fintech peer to peer lending (P2P lending) atau pinjaman online (pinjol) per 1 Januari 2025.
READMORE
17
Jan
OJK Sebut Penggantian Kerugian Konsumen oleh PUJK Mencapai Rp212,17 Miliar
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per 31 Desember 2024 terdapat penggantian kerugian terhadap konsumen senilai Rp212,17 miliar, berdasarkan data layanan konsumen OJK.
READMORE
16
Jan
Menko Airlangga Nilai Pemangkasan Suku Bunga BI Positif bagi Perbankan
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai positif pemangkasan suku bunga acuan BI atau BI-Rate yang diharapkan dapat mendorong pengurangan biaya dana atau cost of fund perbankan.
READMORE
15
Jan
Awal Tahun 2025, BI Pangkas Suku Bunga jadi 5,75 Persen
Jakarta – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen, dengan suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility turun 25 bps menjadi masing-masing sebesar 5,00 persen dan 6,50 persen pada Januari 2025.
READMORE
14
Jan
Menkop Serahkan Daftar Koperasi Sektor Jasa Keuangan ke OJK
Jakarta – Kementerian Koperasi Republik Indonesia (Kemenkop) menyerahkan daftar koperasi yang menjalankan kegiatan di sektor jasa keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
READMORE
13
Jan
Catatan HUT Ke-46 Infobank: Semoga Tidak Terjebak “Omon-omonomic”
Oleh: Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group

PEMERINTAHAN Prabowo Subianto, belum genap 100 hari. Namun beberapa program sudah mulai terlihat, salah satunya program makan bergizi gratis (MBG) sudah berjalan. Namun ada pekerjaan rumah selama hampir 46 tahun perjalanan ekonomi Indonesia, yaitu soal ketimpangan, kebocoran anggaran, korupsi dan pendalaman sektor keuangan yang tak tetap menjadi soal penting yang belum terjawab.
READMORE
12
Jan
Intip Pergerakan Saham Indeks Infobank15 dalam Sepekan
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat lalu (10/1) berhasil ditutup dengan melanjutkan penguatannya ke level 7.114,95 atau naik 0,71 persen dari dibuka pada level 7.064,58.
READMORE
10
Jan
Ekosistem jadi Jurus BNI Genjot Pertumbuhan Transaksi Digital
Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menghadirkan pelbagai terobosan dalam layanan perbankan digital. Inovasi terbaru dari BNI dilakukan lewat kerja sama dengan tujuh mitra strategis untuk membangun solusi ekosistem digital berkelanjutan.
READMORE
09
Jan
OJK Terbitkan Aturan Perluasan Kegiatan Usaha Perbankan, Ini Poin-poinnya
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 26 Tahun 2024 tentang Perluasan Kegiatan Usaha Perbankan. Ini sebagai upaya mendukung pertumbuhan sektor perbankan yang sehat, inovatif, dan inklusif.
READMORE
11
Jan
Hapus Kredit Macet UMKM Dikhawatirkan Moral Hazard, Begini Kata Menko Airlangga
Jakarta – Pemerintah mulai mengeksekusi kebijakan penghapusan tagih piutang bagi nasabah UMKM. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet kepada UMKM.
READMORE
08
Jan
Utang Warga RI di Fintech P2P Lending Tembus Rp75,60 Triliun per November 2024
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan industri fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) terus melanjutkan pertumbuhannya.
READMORE
07
Jan
Begini Prospek Saham Big Banks pada 2025
Jakarta – Sektor keuangan, khususnya industri perbankan di tahun ini masih akan dihadapkan oleh sejumlah tantangan. Salah satunya terkait dengan suku bunga acuan The Fed maupun Bank Indonesia (BI).
READMORE
06
Jan
Meleset dari Target, Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi RI Hanya Tumbuh 5 Persen di 2024
Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 hanya sebesar 5 persen. Perkiraan tersebut lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2 persen.
READMORE
05
Jan
Awal 2025, Aliran Modal Asing Masuk RI Rp1,08 Triliun
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di awal 2025, aliran modal asing masuk atau capital inflow ke Indonesia senilai Rp1,08 triliun.
READMORE
04
Jan
Buah Manis Transformasi, BYOND by BSI Catatkan 15 Juta Transaksi per 1 Januari 2025
Jakarta – Sejak diluncurkan 9 November 2024, aplikasi super apps BYOND PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah mendapatkan respons positif masyarakat. Per 1 Januari 2025, BYOND by BSI sudah diunduh lebih dari 2 juta pengguna dengan total 15 juta transaksi.
READMORE
03
Jan
BRI Ingatkan Masyarakat Hindari Instalasi APK Ilegal
Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman siber yang sering kali dimulai dari pemasangan aplikasi dari sumber yang tidak resmi. Misalnya, pemasangan file APK (Android Package) dari luar Play Store resmi dapat membuka celah bagi serangan malware.
READMORE
31
Dec
Laba Bersih BNI Tembus Rp19,81 Triliun Jelang Tutup 2024
Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat kinerja keuangan yang solid hingga November 2024 dengan mencatatkan laba bersih Rp19,81 triliun. Raihan laba ini meningkat 4,03 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp19,04 triliun.
READMORE
31
Dec
OJK Terbitkan 3 Aturan Baru Perkuat BPR dan BPRS, Ini Isi Lengkapnya!
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan tiga peraturan untuk memperkuat industri perbankan, khususnya Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Ban​k Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS).
READMORE
31
Dec
BCA Syariah Bukukan Laba Bersih Rp164,9 Miliar Jelang Akhir 2024
Jakarta – Menjelang penutupan tahun 2024, BCA Syariah telah membukukan pertumbuhan positif. Per November 2024, anak perusahaan dari BCA ini berhasil meraup laba bersih Rp164,9 miliar atau tumbuh 16,7 persen secara year on year (yoy)
READMORE
27
Dec
Kredit Tumbuh di Atas Industri, BCA Raup Laba Rp50,47 Triliun Jelang Tutup 2024
Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali mencatatkan kinerja keuangan yang positif hingga November 2024 dengan membukukan laba Rp50,47 triliun. Raihan laba ini naik 14,32 persen dibanding tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp44,15 triliun.
READMORE
19
Oct
Kredit BNI Tumbuh 15,6% di Kuartal III 2018
BNI mencatat penyaluran kredit kuartal III-2018 sebesar Rp487,04 triliun, tumbuh 15,6 persen atau meningkat Rp65,64 triliun bila dibandingkan dengan penyaluran kredit tahun sebelumnya diperiode yang sama yakni sebesar Rp421,41 triliun.
READMORE
19
Oct
Kaum Milenial Mendominasi Pasar Modal
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kaum milenial mulai marak masuk ke pasar modal. Hal ini didukung oleh perkembangan teknologi yang cepat dan tingginya antusias anak muda yang mulai memikirkan masa depan dengan berinvestasi.
READMORE
19
Oct
OJK: Gagal Bayar Jiwasraya Sudah Biasa
Asuransi Jiwasraya gagal bayar Rp802 miliar atas investasi yang jatuh tempo 10 Oktober 2018. Kesulitan likuiditas ini baru terungkap dari sepucuk surat yang ditujukan kepada bank-bank yang menjual produk JS Proteksi Plan dengan konsep bancassurance. Regulator melihat, tekanan likuiditas yang terjadi di Jiwasraya biasa terjadi, sehingga tak perlu dikhawatirkan.
READMORE
02
Oct
Utang Pemerintah Tembus Rp4.363 Triliun
Utang Pemerintah makin membengkak. Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim jumlah utang tersebut masih dalam batas aman. Kok bisa?
READMORE
02
Oct
BI Kembali Naikkan Suku Bunga 25 bps Menjadi 5,75%
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 26-27 September 2018 memutuskan menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing 5,0 persen dan 6,5 persen yang berlaku efektif hari ini 27 September 2018.
READMORE
02
Oct
Beberapa Catatan Agar Bank Syariah Terus Tumbuh
pemisahan unit usaha syariah (UUS) bank dari induk usaha untuk menjadi sebuah bank umum syariah (BUS) memang harus dilakukan paling lambat hingga 2023.
READMORE
02
Oct
Go-Jek Datangkan Capital Inflow
Pemerintah memotivasi generasi milenial untuk mendirikan perusahaan rintisan (start up) dengan daya tarik kuat bagi investor seperti dicontohkan GO-JEK di Indonesia.
READMORE